Sabtu, 04 April 2009

Karetku sayang..

Dimulai tahun 2009 ini kembali terjadi gejolak harga pada komoditas tanaman karet. Sebelumnya dengan sangat bersemangat, hampir sebagian besar masyarakat khususnya yang berdekatan dengan perkebunan karet mulai melirik pada komoditas yang satu ini. Dengan adanya dukungan pemerintah daerah dengan menyediakan bibit, mengadakan pelatihan dan lain sebagainya, maka masyarakatpun semakin yakin untuk membudidayakannya.
Namun harus disadari bahwa dengan semakin banyaknya pengembang budidaya ini, baik di pulau jawa ataupun di luar pulau jawa, maka dengan semakin bannyaknya barang yang dihasilkan, membuat harga karet ikut terpengaruh. Apalagi dengan adanya krisis global, maka Harga karetpun semakin menurun tajam.
Akankah masyarakat masih tetap bersemangat??

Harus disadari memang...
Bagi penulis (yang saat ini bekerja di perkebunan karet), kondisi yang terjadi saat ini sangatlah mungkin terjadi. Apalagi karet merupakan komoditas yang sangat rentan yang mungkin sekali dipengaruhi oleh berbagai hal. Jelas dengan semakin banyakknya persediaan barang, maka hargapun ikut berubah. Apalagi dengan adanya krisis global, sangatlah dirasakan bagi pelaku perkebunan. Pengaruh harga jual yang semula diperkirakan tinggi, namun ternyata sangat jauh dari yang diharapkan, bisa mencapai setengah dari yang diperkirakan.

Upaya-upaya yang harus segera dilakukan tentunya harus dimulai dari kita sendiri. Kita harus berani melakukan langkah-langkah efisiensi diseluruh bidang. Langkah lain tentunya kita harus melakukan upaya perbaikan dibidang tanaman kita yang dimulai dari persiapan bibit dan pemeliharaan TBM. Pada saar tanam, harus diupayakan populasi per hektarnya di atas 600 pohon, dengan jarak tanam 5 x 3 akan didapatkan sekitar 667 pohon dalam luasan satu hektar. Langkah ini termasuk mengupayakan agar pada saat TM nantinya tetap mempunyai populasi yang tinggi (> 400 pohon per hektar).

Tanaman TBM harus benar-benar dipersiapkan agar tidak lebih dari 5 tahun setelah tanam. Dengan mengadobsi klon-klon baru yang diciptakan oleh balai penelitian, sangatlah mungkin sekali mempercepat umur matang sadap karet. Dengan melakukan manajemen tajuk (penelitian yang telah dilakukan oleh balit sungei putih medan), akan semakin mendukung upaya mempertahankan populasi tanaman tersebut. Manajemen topping dimulai dari TBM 1 dimana tanaman tersebut di topping (dipotong) pada ketinggian 2,75 - 3 meter, kemudian topping pada ketinggian 6 meter pada saat TBM IV dicari cabang terbesar dan yang terakhir pada TM 2 dengan keinggian 7-7,5 meter dari tanah.

Upaya lain adalah dengan melakukan mapping area, perlu kita lihat, seberapa besarkah sumbangan tanaman per hektanya, masihkah mungkin lahan tersebut kita tanami dengan komoditas lain? tentunya hal ini haruslah kita cermati secara bersama-sama.

Dibidang sadapanpun harus kita lakukan langkah perbaikan, dimana semula kita hanya asal mendapatkan getah, sekarang kita harus bisa menjaga keberlangsungan tanaman tersebut sampai dengan umur ekonomis yang sudah ditetapkan. Perbaikan mutu sadapan, rasionalisasi hanca, perbaikan sarana produksi, pelatihan karyawan, dan semua upaya yang mengarah kepada perbaikan harus kita laksanakan. Sehingga meskipun saat ini harga karet masih rendah, kita harus selalu dapat menghasilkan kualitas yang terbaik.

Semoga harga karet akan kembali naik, dan masyarakatpun kembal ibersemangat...

Tidak ada komentar: