Minggu, 15 Juni 2008

Penyakit Kering Alur Sadap


PENYAKIT KEKERINGAN ALUR SADAP ( KAS )
DAN PENANGGULANGANNYA


MEKANISME OVER EKSPLOITASI

Prinsip penyadapan yang baik adalah mengambil partikel karet yang sudah diregenerasi atau disintesis tanaman dalam jaringan pembuluh lateks. Penyadapan yang berlebihan sebelum regenerasi lateks terjadi hanya mengeluarkan lebih banyak serum, sehingga lebih banyak merugikan tanaman. Over eksploitasi bisa terjadi karena sering pohon disadap melebihi kapasitasnya atau pemberian stimulan yang berlebihan sehingga lateks terus mengalir dengan membuang banyak serum.
Secara fisiologi, ketidak seimbangan ini mengakibatkan sel – sel pembuluh lateks mengalami keletihan sehingga banyak membentuk senyawa radikal bebas. Senyawa radikal bebas ini dapat merusakkan membran yang ada pada inti sel dan lutoid. Kerusakan membran merangsang pecahnya lutoid, sehingga senyawa yang sangat masam di dalamnya menyebar dalam sitosol sel.
Penurunan pH oleh asam – asam organik tersebut mengakibatkan terjadinya koagulasi di dalam sel pembuluh lateks melalui pembetukan matriks – matriks partikel karet. Dengan demikian reaksi biokimia dan metabolisme sel tersebut terganggu sehingga pembentukan partikel karet juga terhenti. Sel pembuluh lateks mengalami penyumbatan dan menjadi sel tilosoid. Sel – sel tilosoid ini melebar ke arah sel – sel tetangga dan meluas sehingga jaringan tilosoid-pun terbentuk.
Bidang sadap yang memiliki jaringan tilosoid ini bila disadap pada awalnya akan mengalami kekeringan alur sadap sebagian ( KAS parsial ), kemudian meluas dan dikenal sebagai KAS total.

GANGGUAN KAS TANAMAN KARET

Kering alur sadap ( KAS ) atau TPD ( tapping panel dryness ) atau BB ( brown bast ) adalah gangguan fisiologi tanaman karet yang alur sadapnya kering dan tidak mengalirkan lateks bila disadap. Pada mulanya gangguan ini dianggap sebagai penyakit yang bersifat patogenik, namun kemudian dari hasil – hasil penelitian terbukti bahwa kejadian ini hanya merupakan gangguan fisiologis. Penyebab utama terjadinya KAS adalah ketidak–seimbangan antara lateks yang dieksploitasi dengan lateks yang terbentuk kembali ( regenerasi / biosintesis ).
Dewasa ini hampir di semua areal perkebunan karet terjadi gangguan KAS dengan berbagai intensitas. Secara umum di PTP Nusantara IX ( Persero ) kejadian KAS berkisar antara 5 – 15 % terhadap populasi tanaman menghasilkan ( TM ). Namun demikian laporan mengenai data tersebut sering tidak akurat, mengingat tingginya angka KAS menjadi penilaian negatif bagi pihak kebun. Pada waktu mendatang KAS harus ditanggulangi secara preventif dan kuratif, sehingga penilaian terhadap pihak kebun tidak lagi didasarkan pada besarnya intensitas KAS saat ini tetapi didasarkan pada angka penurunan sepanjang periode tertentu.
Variasi intensitas KAS yang terjadi pada berbagai lokasi dipengaruhi oleh faktor – faktor : jenis klon, sistem eksploitasi dan stimulasi, pemeliharaan tanaman dan umur tanaman. Klon – klon dengan sifat metabolisme tinggi sering memiliki intensitas KAS yang tinggi. Intensitas eksploitasi yang tinggi akibat frekuensi sadap, panjang irisan dan penggunaan stimulan yang berlebihan juga mendorong terjadinya gangguan KAS. Tanaman yang memperoleh pemeliharaan yang baik dan cukup diberikan pemupukan akan jauh dari gangguan KAS, mengingat kapasitas produksinya mendukung untuk dieksploitasi. Tanaman yang berumur lebih tua umumnya mengalami KAS lebih tinggi, hal ini logis karena adanya interaksi dengan intensitas eksploitasi yang lebih tinggi.

GEJALA KAS

KAS merupakan penyakit fisiologis yang relatif terselubung, karena secara morfologis tajuknya sehat tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila disadap, sehingga mengharuskan tanaman tetap dalam pemeliharaan dan memerlukan masukan sarana produksi sebagaimana pohon sehat.
Kondisi tajuk yang tumbuh dengan baik seringkali memiliki penampakan pertumbuhan yang lebih jagur dibandingkan dengan pohon normal. Secara fisiologis dapat diterangkan, karena hasil asimilat hanya diarahkan untuk membentuk kayu ( xylem ). Pada gejala KAS awal sebagian alur sadap kering, kemudian lebih lanjut terlihat kulit bidang sadap kering hingga pecah – pecah dan mengelupas. Serangan penyakit lain secara sekunder dapat terjadi pada bidang sadap ini, sehingga sering mengaburkan pengertian mengenai penyakit KAS.
Secara histologis, gejala KAS ditandai oleh kerusakan membran inti sel dan lutoid. Di dalam sel pembuluh lateks terjadi koagulasi lateks dan pembentukan sel atau jaringan tilosoid mengakibatkan jaringan pembuluh lateks tertutup sehingga daerah aliran lateks mengalami kekeringan.
PENGISTIRAHATAN POHON

Penanggulangan KAS yang hingga kini masih diterapkan di kebun – kebun PTPN. IX ( Persero ), hanyalah dengan mengistirahatkan atau tidak menyadap pohon terserang KAS. Cara pengistirahatan ini terbukti tidak efektif, karena berdasarkan pengamatan di kebun ternyata pohon yang telah diistarahatkan selama 3 – 5 tahun tidak menjadi sembuh bahkan KAS menjalar ke bidang sadap lain baik ke kulit perawan atau pada tahap lanjut ke kulit pulihan.
Kondisi tersebut akan merugikan usaha perkebunan karet seperti terlihat contoh hitungan dibawah ini :
è Setiap 1 cm kulit dapat disadap 6 x dengan produksi per iris = 140 cc
= 35 gram/pohon/sadap
atau
210gram karet kering per cm ( asumsi K3 : 25 % )
è Berdasarkan pengamatan, panjang panel terserang KAS umumnya sekitar 50-100 cm,
è Kerugian per pohon akibat KAS ( 50 cm ) = 50 x 210 gram karet kering = 10,5 kg karet kering
è Bila serangan BB per ha adalah 10 %, maka :
Kerugian per hektar ( 10 % x 400 pohon/ha ) = 40 x 10,5 kg karet kering = 420 kg karet kering
è Dengan perhitungan di atas dan apabila harga karet kering = Rp. 18.000,-/kg maka
kerugian per hektar mencapai sekitar 7,5 juta rupiah lebih.
è Apabila kebun memiliki luas ribuan ha tanaman produktif maka kerugian diperkirakan mencapai miliaran rupiah per kebun.


PROSES PENYEBARAN


Sebagaimana terlihat pada perkembangan gejala awal hingga gejala lanjut KAS, maka penyebaran pada setiap pohon juga merupakan penyebaran sel – sel tilosoid yang sesuai dengan arah sadapan dan alur pembuluh lateks.
Pertama kali dari bidang sadap B0-1 mengarah ke seluruh B0-1 di bawah irisan sadap. Hal ini terjadi bila kecepatan terbentuknya tilosoid lebih tinggi dari irisan sadap pada penyadapan berikutnya. Penyebaran menyeberang ke bidang sadap B0-2 bagian bawah kemudian ke atas hingga bertemu dengan irisan sadap dari atas. Sebelum sadapan mencapai jaringan ini, penyebaran tilosoid sudah menyeberang lagi ke bidang sadap B1-1 ke bawah lagi B1-2 atau ke atas mencapai H0 dan seterusnya bergerak ke arah yang masih memungkinkan.


DETEKSI KAS

Ada cara mudah untuk mendeteksi gangguan KAS tanaman karet. Cara paling sederhana adalah bila gejala awal KAS ( KAS parsial ) telah terjadi yakni dengan test tusuk sesuai dengan arah penyebaran KAS. Cara ini digunakan untuk pelaksanaan mengatasi KAS secara kuratif.

PENANGGULANGAN KAS

Sebaiknya KAS ditanggulangi secara terpadu baik preventif maupun kuratif. Secara preventif penanggulangan KAS memerlukan beberapa pendekatan, antara lain melalui kultur teknis dan sistem eksploitasi yang tepat.

Tulisan ini lebih memfokuskan pembahasa terhadap penanggulangan KAS secara kuratif, melalui teknik bark scraping dan aplikasi formula No BB yang dikembangkan oleh Dr. Siswanto di Biotek Perkebunan Bogor. Pokok – pokok utama penanggulangan KAS tersebut meliputi :

- Pembuangan / pengikisan / pengerokan kulit ( bark scraping ) hingga kedalam 3 – 4 mm dari kambium pada hari ke – 0.

- Bersihkan bidang yang dikerok dengan lap yang streril hingga bersih dari sisa latek.

- Aplikasi atau pengolesan formula No BB sekitar 50 ml/pohon pada hari ke – 1, 30 dan 60.

- Mencegah serangan hama bubuk dengan penyemprotan insektisida Matador, Akodan atau Supracide pada hari ke – 0, 7 dan 14.

- Penyadapan kulit sehat dapat diteruskan setelah proses pengobatan selesai yakni mulai hari ke – 90.

- Kulit bekas KAS dapat pulih setelah 12 bulan sejak bark scraping dilakukan dan ketebalan kulit mencapai > 7 mm.

- Efektivitas penyembuhan dengan teknik ini adalah 80 -90 %.

Tidak ada komentar: